By:
Muhammad
A. Pendahuluan
Ilmu Qira>’a>t, merupakan salah
satu disiplin ilmu yang sangat dibutuhkan bagi calon-calon penafsir al-Qur’a>n,
sebab ilmu tersebut tergolong instrument dari turunnya al-Qur’a>n. Oleh
karena itu, tidak heran bila mayoritas mufassir baik di era klasik maupun
modern terlebih dahulu menguasi ilmu Qira>’a>t sebelum menelurkan
karya tafsirnya. Kerap kali kita temukan dalam karya-karya tafsir yang
menjelaskan ragam bacaan (wajh al-Qira>’ah), seperti tafsir karya
Ibnu Jari>r al-T{abari>, al-Baid{awi>, Ibnu H{ayya>n, Quraisy
Syihab dan lain-lain. Mayoritas mufassir mencantumkan ragam bacaan berlandaskan
hadis Nabi Muhammad yang menjelaskan bahwa al-Qur’a>n diturunkan dengan 7
bacaan.
Tidak bisa
dipungkiri, bahwa al-Qur’a>n selalu mendapatkan kecaman dan kritikan dari
orientalis mulai dari keapsahan hingga bacaannya. Diantara kecaman yang mereka
lontarkan dalam bacaan ialah sebagaimana yang dikatakan oleh Galdziher
“Perbedaan bacaan al-Qur’a>n yang terjadi dianatara semata-mata disebabkan
pada zaman dahulu al-Qur’a>n tidak berharakat dan tidak ada titik-titik
pemisah huruf.”[1]
Jika diteliti lebih mendalam, ternyata perbedaan bacaan al-Qur’a>n yang
disahkan oleh Nabi Muhammad disebabkan beberapa hal, diantaranya:[2]
1.
Perbedaan dalam melafadkan. Hal ini disebabkan oleh lah}jah yang
berbeda-beda.
2.
Perbedaan yang muncul hanya untuk mempermudah orang yang membaca
al-Qur’a>n pada saat itu.
3.
Membaca kalimat al-Qur’a>n dengan menggunakan kalimat lain yang sama
artinya (sinonim) seperti مشوا فيه di baca dengan مروا فيه.
Pembahasan sebab munculnya ragam bacaan
sebagaimana yang telah pemakalah singgung di atas bukanlah topic utama yang
menjadi bahan kajian kali ini. Konsentrasi pembahasan kali ini pada model Qira>’a>t
versi Abu> Ja’far al-Madani> yang akan pemakalah awali dengan biografi, guru
dan mudirnya, sanad, dan kaidah bacaan Abu> Ja’far al-Madani>.
B.
Pembahasan
1.
Biografi
Nama lengkap Abu Ja’far
al-Madani> ialah Yazi>d bin al-Qa’qa’ al-Makhzu>mi> al-Madani>.
Adapun panggilan akrabnya ialah Abu> Ja’far. Beliau lahir di kota Madinah
yang bertepatan pada tahun 35 H. Beliau tergolong salah satu imam Qira>’a>t
10 dan beliau tergolong dari orang yang hidup pada masa tabi’in.[3] Tercatap dalam sejarah
Abu> Ja’far ialah seorang imam di Madinah dalam bidang Qira>’a>t
yang terkenal berakhlaq mulia dan ingatan yang kuat. Abu> Ja’far al-Madani
wafat di Madinah pada tahun 130 H.
Semasa
Abu> Ja’far masih kecil, kepalanya pernah diusap oleh salah satu istri Nabi
Muhammad (Ummu Salamah) dan mendoakannya.[4] Diriwayatkan dari Ibnu
Jamma>z bahwasannya beliau berpuasa seperti puasanya Nabi Dawud.[5] Dari Muja>hid “Tidak
ada seorangpun yang lebih baik bacaannya di Madinah keculai Abu> Ja’far”.[6] Imam Malik berkata
“Abu> Ja’far adalah seorang yang laki-laki yang saleh dan selalu memberi
fatwa di Madinah. Na>fi’ berkata “Ketika Abu> Ja’fara dimandikan saat
kematiannya, orang-orang yang memandikannya meliah antara dada dan hatinya,
mereka heran melihatnya, sebab diantara hati dan dada bagaikan lembaran kertas
mus}h}af. Orang yang melihatpun menyakini bahwa itu merupakan cahaya dari
al-Qur’a>n.”[7]
Dan masih banyak lagi perkataan para ulama mengenai kepribadian Abu> Ja’far
al-Madani>.
2.
Guru dan Murid-mudirnya
Abu>
Ja’far belaja Qira>’a>t pada Abdullah bin ‘Iya>sh bin Abi>
Rabi>’ah al-Makhzu>mi>, ‘Abullah bin ‘Abba>s (W 71 H), dan kepada
Abu> Hurairah (W 57 H). Adapun di antara murid-murib beliau adalah:[8]
a)
Na>fi’ bin Abi> Na’i>m al-Madani (W 169 H)
b)
Sulaima>n bin Muslim bin Jamma>z (W 170 H)
c)
‘Isa> bin Warda>n (W 160 H)
d)
Abu> ‘Amr al-Bas}ri> (W 180 H)
e)
Abdurrahman bin Zaid bin Aslam (W 182 H)
Meskipun
banyak murid yang telah diasuh oleh Abu> Ja’far dalam membaca al-Qur’a>n,
namun yang paling terkenal dan tersohor dalam periwayatan Qira>’ah
versi Abu> Ja’far adalah Sulaima>n bin Muslim bin Jamma>z dan ‘Isa>
bin Warda>n.
3. Sekema Sanad
Nabi
Muhammad
|
Zaid
Bin Tha>bit (W 45 H)
|
Ubai
bnin Ka’ab (W 30 H)
|
Abu>
Hurairah (W 57 H)
|
Abullah
bin ‘Abbas (W 71 H)
|
Abullah
bin ‘Iya>sh al-Makhzu>mi>
|
Sulaima>n bin Muslim bin Jamma>z (W 170 H)
|
‘Isa> bin Warda>n (W 160 H)
|
Abu>
Ish}a>q Ismail bin Ja’far bin Abu> Kathi>r al-Madani>
|
Abu>
Ja’far Yazi>d bin Qa’qa’ al-Madani> (W 130)
|
Abu>
al-‘Abba>s bin Sha>dha>n al-Ra>zi
|
Abu>
Qa>sim Hibbatullah bin Muhammad al-Baghda>di>
|
Dalam sebagaian
pendapat ada yang mengungkapkan bahwa Abu> Ja’far belajar al-Qur’a>n pada
Zai>d bin Thab>it berdasarkan riwayat yang menjelaskan bahwa Abu>
Ja’far pernah bertemu dengan salah satu istri Nabi Muhamamd yang bernama Ummu
Salamah. Jika memang benar demikian, maka sekema sanad yang bacaan dari Abu>
Ja’far sebagaimana berikut:[9]
Nabi
Muhammad
|
Zaid
Bin Tha>bit (W 45 H)
|
Abu>
Ja’far Yazi>d bin Qa’qa’ al-Madani> (W 130)
|
‘Isa> bin Warda>n (W 160 H)
|
Sulaima>n bin Muslim bin Jamma>z (W 170 H)
|
4.
Kaidah bacaan
Dalam
pembahasan kali ini akan meliputi beberapa kaidah yang digunakan oleh Abu
Ja’far dalam membaca al-Qur’a>n dan menjadi ciri khas dari bacaannya. Adapun
kaidah-kaidahnya sebagaimana berikut:[10]
a.
Mim al-Jam’
Abu>
Ja’far menyambung mim al-Jam’ dengan huruf wau jika huruf sebelumnya
berharakat (Hidup). Seperti عليهم غير المغضوب--- عليهمو غير dan انهم فتية امنوا---
انهمو فيتة.
b.
Mad
Abu>
Ja’far tidak membaca panjang mad Jaiz Munfas}il, membaca sedang berkisar
4 harakat untuk mad Wajib Muttas}il, dan hukum mad lainnya tidak beda
dengan hukum yang telah ditetapkan oleh imam H{afs}.
c.
Hukum-hukum Hamzah
Dalam
pembahasan bacaan Hamzah menurut Abu> Ja’far terbagi menjadi beberapa bagian
yang di antaranya:
1)
Dua Hamzah dalam satu kalimat
Jika
ada dua hamzah berkumpul dalam satu kalimat, maka Abu> Ja’far membaca Tashi>l
hamzah kedua baik hamzah tersebut berharakat fath}ah, kasrah, atau d}amah.
Seperti contoh اانذرتهم, اانزل, اإن.
2)
Dua Hamzah dalam dua kalimat
Bagian
ini terbagi menjadi 8 bagian yang mana bisa dirangkum menjadi dua bagian besar.
Pertama, antara kedua hamzah harakatnya sejenis dan Kedua,
harakatnya berberbeda. Di bawah ini adalah rincian dari 2 bagian tersebut:
Pertama, dua hamzah sejinis dalam harakatnya terbagi menjadi
tiga bagian yaitu:
a)
Sama-sama berharakat fath}ah seperti جاء امرنا
b)
Sama-sama berharakat d}amah seperti اولياء اولئك
c)
Sama-sama berharakat kasrah seperti هؤلاء ان
Hamzah kedua harus dibaca Tashi>l dari tiga bagian di atas.
Kedua, dua hamzah berbeda dalam
harakat terbagi menjadi 5 bagian sebagaimana berikut:
a) Hamzah pertama berharakat fath}ah
dan kedua berkarahat d}amah, seperti جاء امة
b) Hamzah pertama berharakat fath}ah
dan kedua berkarahat kasrah, seperti تفىء الى
Dua bagian di atas hamzah kedua
harus dibaca tashi>l.
c) Hamzah pertama berharakat d}amah
dan kedua berkarahat fath}ah, seperti السفهاء الا
Macan ini, hamzah kedua harus diganti dengan wa>u.
d) Hamzah pertama berharakat d}amah
dan kedua berkarahat kasrah, seperti يشاء الى
Hal ini hamzah kedua bisa dibaca dua bacaan yaitu,
dibaca tashi>l atau menganti huruf wa>u yang berharakat kasrah.
e) Hamzah pertama berharakat kasrah
dan kedua berkarahat fath}ah, seperti السماء او ائتنا.
Hamzah kedua harus diganti dengan Ya>’ berharakat
fath}ah.
3)
Hamzah tunggal
Hamzah
tunggal memiliki beragam bacaan di antaranya:
a)
Mengganti hamzah yang berharakat sukun dengan huruf mad yang mencocoki pada
harakat huruf sebelumnya. Tidak ada beda hamzah yang mati tersebut di awal,
tengan atau akhir kalimat. Contoh:
No
|
Kalimat Asal
|
Perubahan
|
1
|
مأمون
|
مامون
|
2
|
سؤلك
|
سولك
|
3
|
جئت
|
جيت
|
Dikecualikan
dari kaidah di atas ayat 33 dari surah al-Baqarah انبئهم بأسمائهم, ayat 51
al-H{ajr dan 28 al-Qamar نبئهم.
b)
Mengganti hamzah yang berharakat fath}ah dengan huruf wau, apabila
hamzah tersebut berada pada awal kalimat (fa>’ kalimah) yang terletak
setelah huruf yang berharakat d}amah. Contoh تؤاخذنا, مؤجلا.
c)
Mengganti hamzah dengan Ya>’ yang berharakat fath}ah pada
kalimat-kalimat berikut:
No
|
Lafad
|
1
|
ليبطئن
|
2
|
لنبوئنهم
|
3
|
قرئ
|
4
|
ملئت
|
5
|
استهزئ
|
6
|
ناشئة
|
7
|
رئاء
|
8
|
خاسئا
|
9
|
شانئك
|
10
|
بالخاطئة
|
11
|
مائة
|
12
|
مائتين
|
13
|
فئة
|
14
|
فئتين
|
Keluar
dari kaidah di atas, kalimat موطئا. Pada kalimat ini bisa dibaca dengan dua bacaan yaitu membaca
dengan menetapkan hamzah atau mengganti hamzah dengan Ya>’ berharakat
fath}ah.
d)
Membuang hamzah dalam kalimat-kalimat berikut:
No
|
Kalimat Asal
|
Perubahan
|
1
|
متكئا
|
متكا
|
2
|
متكئين
|
متكين
|
3
|
خاطئين
|
خاطين
|
4
|
الصابئين
|
الصابين
|
5
|
المستهزئين
|
المستهزين
|
6
|
يطؤون
|
يطَوْن
|
7
|
تطؤوها
|
تطَوْها
|
8
|
تطؤوهم
|
تطوهم
|
9
|
الصابئون
|
الصابون
|
10
|
المستهزؤون
|
المستهزون
|
d.
Sakta
Jika
imam H{afs} membaca sakta dari kalimat-kalimat (عوجا قيما, من مرقدنا, من راق, بل ران), namun Abu> Ja’far tidak membacanya dengan sakta. Adapun
sakta menurut Abu> Ja’far adalah setiap huruf hijaiyah yang ada pada pembuka
surat seperti, الم : (الف-لام- ميم).
e.
Idgha>m
Abu>
Ja’far meng-idghamkan huruf-huruf di bawah ini:
1)
Tha>’ pada Ta>’.
Seperti لبثتَ, لبثتُ, لبثتم
2)
Dha>l pada Ta>’. Seperti اخذت, اتخذت
3)
Abu> Ja’far tidak meng-idghamkan huruf Tha>’
pada Dha>l yang terpadat pada rifman Allah يلهث ذلك, akan tetapi beliau membaca dengan idhhar.
4)
Beliau juga membaca idhhar huruf Ba>’
dalam اركب معنا.
f.
Ima>lah
Dalam
bacaan Abu> Ja’far tidak ada satupun dari kalimat al-Qur’a>n yang dibaca
dengan imalah.
g.
Ya’ Mutakalim
Abu>
Ja’far membaca fath}ah setiap Ya>’ Mutakalim yang terletak sebelum Hamzah
Qat}a’, baik Hamzah Qata’ tersebut berharakat fath}ah, D{amah, maupun
Kasrah. Seperti contoh انيَ اعلم, انيَ اخاف.
انيَ اريد, انىَ اوف الكيل. بناتى ان, حزبنيَ الى الله.
Terkecuali kalimat-kalimat berikut:
No
|
Lafad
|
Surah
|
Ayat
|
1
|
بعهدى
اوف
|
البقرة
|
40
|
2
|
فاذكرونى
اذكركم
|
البقرة
|
152
|
3
|
ادعونى
استجب
|
غافر
|
60
|
4
|
ارنى
انظر
|
الاعراف
|
143
|
5
|
ولا
تفتنى الا فى الفتنة
|
التوبة
|
49
|
6
|
وترحمنى
اكن من
|
هود
|
47
|
7
|
يدعوننى
اليه
|
يوسف
|
33
|
8
|
فانظرنى
الى
|
الحجر
|
36
|
9
|
اتونى
افرغ
|
الكهف
|
96
|
10
|
فاتبعنى
اهدك
|
مريم
|
43
|
11
|
تدعوننى
الى النار
|
غافر
|
41
|
12
|
تدعوننى
اليه
|
غافر
|
43
|
13
|
ذرنى
اقتل
|
غافر
|
26
|
14
|
فى
ذريتى انى تبت
|
الاحقاف
|
15
|
15
|
اوزعنى
ان اشكر
|
الاحقاف
و النمل
|
15, 19
|
16
|
يصدقنى
انى اخاف
|
القصص
|
34
|
17
|
لولا
اخرتنى الى اجل قريب
|
المنافقون
|
10
|
Ya>’ Mutakalim harus dibaca fath}ah dalam kalimat-kalimat
berikut:
No
|
Lafad
|
Surah
|
Ayat
|
1
|
عهدى
الظالمين
|
البقرة
|
124
|
2
|
واصطنعتك
لنفسى اذهب
|
طه
|
41, 42
|
3
|
ذكرى
اذهبا
|
طه
|
43, 42
|
4
|
قومى
اتخذوا
|
الفرقان
|
30
|
5
|
من
بعدى اسمه
|
الصف
|
6
|
6
|
مماتى
الله
|
الانعام
|
162
|
C. Penutup
Sebagaimana
yang telah kita ketahui bersama, adanya ragam bacaan merupakan sebuah rahmat
bagi semua umat Islam, sebab tidak semua lisan bisa melafadkan sebagaimana
al-Qur’a>n diturunkan. Oleh karena itu, Nabi Muhammad meminta agar
al-Qur’a>n bisa dibaca dengan beragam bacaan sehingga semua umat Islam bisa
membacanya dengan mudah.
Tergolong
salah satu model bacaan al-Qur’a>n adalah bacaan Abu> Ja’far
al-Madani>. Beliau memiliki kaidah tersendiri dan berbeda dengan bacaan yang
sering kita dengarkan. Meski beliau memiliki kaidah dalam membaca
al-Qur’a>n, namun kaidah tersebut tidak bersifat paten, sebab masih ada
pengecualian-pengecualin yang tidak boleh dibaca sebgaimana kaidah yang telah
dibakukan. Hal ini membuktikan bahwa dalam membaca al-Qur’a>n tidak tunduk
pada kaidah, melainkan harus tundung kepada pendengarang sang guru yang
sanadnya sampai pada Nabi Muhammad.
Referensi
Muhammad H{asan H{asan Jabal. al-Rad ‘ala>
al-Mustashriq al-Yahu>di> Galdziher fi> Mut}a>’anih ‘ala>
al-Qira>’a>t al-Qur’a>niyah. T{ant}a: Ja>mi’at al-Azhar. 2002.
Muhammad Nabha>n bin H{asan Mas}ri>. ‘Abi>r
min al-Tah}bi>R fi> al-Qira>’a>t al-Thala>th al-Mutamimah li
al-Qira>’a>t al-‘Ashr Abu> Ja’far wa Ya’qu>b wa Khalaf
al-‘A<shir. Madinah: Ja>mi’at Umm al-Qura>. 2006.
S{a>bir H{asan Muhammad Abu> Sulaima>n. al-Nuju>m
al-Za>hirah fi> Tara>jim al-Qura>’ al-Arba’ah ‘Ashar wa
Rawa>tihim wa T{uruqihim. Riya>d{: Da>r ‘A<lam al-Kutub. 1998.
Taufi>q Ibrahi>m D{amrah. Itba>’
al-Athar fi> Qira>’ah Abi> Ja’far. Urdun: al-Maktabah
al-Wat}aniyah. 2007.
[1] Muhammad
H{asan H{asan Jabal, al-Rad ‘ala> al-Mustashriq al-Yahu>di>
Galdziher fi> Mut}a>’anih ‘ala> al-Qira>’a>t al-Qur’a>niyah,
(T{ant}a: Ja>mi’at al-Azhar, 2002), 72.
[2] Ibid. 81.
[3] S{a>bir
H{asan Muhammad Abu> Sulaima>n, al-Nuju>m al-Za>hirah fi>
Tara>jim al-Qura>’ al-Arba’ah ‘Ashar wa Rawa>tihim wa T{uruqihim,
(Riya>d{: Da>r ‘A<lam al-Kutub, 1998), 35.
[4] Taufi>q
Ibrahi>m D{amrah, Itba>’ al-Athar fi> Qira>’ah Abi> Ja’far,
(Urdun: al-Maktabah al-Wat}aniyah, 2007), 9.
[5] Ibid, 10.
[6] S{a>bir
H{asan, al-Nuju>m al-Za>hirah, 35.
[7] Ibid.
[8] Taufi>q
Ibrahi>m, Itba>’ al-Athar, 9.
[10] Muhammad Nabha>n bin H{asan Mas}ri>, ‘Abi>r
min al-Tah}bi>R fi> al-Qira>’a>t al-Thala>th al-Mutamimah li
al-Qira>’a>t al-‘Ashr Abu> Ja’far wa Ya’qu>b wa Khalaf
al-‘A<shir, (Madinah: Ja>mi’at Umm al-Qura>, 2006), 50-61.
Comments
Post a Comment