KAJIAN ASBAB AL-NUZUL: (Surah al-Baqarah Ayat 6 dan 62)

By: Muhammad
A-  Pendahuluan
Istilah Asba>b al-Nuzu>l terdiri dari dua kata yaitu Asba>b yang berarti sebab-sebab dan al-Nuzu>l berarti turun. Apabila dikaitkan dengan al-Qur’an, maka Asba>b al-Nuzu>l memiliki arti sebab-sebab turunnya al-Qur’an. Hal ini tidak berarti bahwa Asba>b al-Nuzu>l berlaku sebagai sebab akibat. Artinya tanpa ada sebab, maka ayat tidak turun, karena ayat al-Qur’an diturunkan mengikuti kehendak Allah. Al­-Suyu>t{i> mengemukakan bahwa Asba>b al-Nuzu>l ialah sesuatu yang melatar belakangi turunnya ayat al-Qur’an. Maksud “sesuatu” ialah peristiwa-peristiwa yang pada umumnya berupa peristiwa individu yang terjadi di zaman Nabi dan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada beliau.[1] Definisi Asba>b al-Nuzu>l yang dikemukakan di atas membawa kepada pembagian ayat-ayat al-Qur’an pada dua kelompok. Pertama, kelompok yang turun tanpa sebab dan yang kedua turun dengan sebab tertentu.
Asba>b al-Nuzu>l dapat dibagi menjadi 2 yaitu Ta’addud al-Asba>b wa al-Na>zil Wa>h}id dan Ta’addud al-Na>zil wa al-Saba>b Wa>h}id. Sebab turun ayat disebut Ta’addud bila ditemukan dua riwayat yang berbeda atau lebih tentang sebab turun suatu ayat atau kelompok ayat tertentu. Sebaliknya, sebab turun itu disebut Wa>h}id atau tunggal bila riwayatnya hanya satu. Suatu ayat yang turun disebut Ta’addud al-Na>zil, apabila inti persoalan yang terkandung dalam ayat yang turun sehubungan dengan sebab tertentu lebih dari satu persoalan.
Pada pertemuan kali ini kita membahas tentang saba>b al-Nuzu>l surah al-Baqarah ayat 6 dan 62. Dua ayat ini sangat penting diketahui saba>b al-Nuzu>l-nya, sebab ayat 6 menjelaskan watak orang-orang yang mengingkari kebenaran agama Islam, sedangkan ayat 62 membahas tentang posisi agama selain agama Islam. Ayat 62 ini yang sering kita dengar sebagai tendensi orang-orang yang mengatakan semua agama sama dalam pandangan al-Qur’an. Kebenaran argumen mereka akan terungkap setelah menyimak Asba>b al-Nuzu>l dari ayat tersebut.
B-   Pembahasan
1-   Asba>b al-Nuzu>l surah al-Baqarah ayat 6
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا سَوَاءٌ عَلَيْهِمْ أَأَنْذَرْتَهُمْ أَمْ لَمْ تُنْذِرْهُمْ لا يُؤْمِنُونَ
“Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, engkau (Muhammad) beri peringatan atau tidak engkau beri peringatan, mereka tidak akan beriman.”[2]
a-      Asba>b al-Nuzu>l
Sebagaimana yang telah kita ketahui dari keterangan di atas, terkadang ada beberapa ayat al-Qur’an yang Asba>b al-Nuzu>l-nya satu, akan tetapi ayatnya banyak. Hal ini sesuai dengan Asba>b al-Nuzu>l ayat yang kita bahas kali ini. Dalam surah al-Baqarah ayat 6 ini Asba>b al-Nuzu>l-nya sama dengan ayat-ayat lain yang menjelaskan tentang orang-orang non Islam yang tidak mau masuk agama Islam.
Para sejarawan mencatat, bahwa Nabi Muhammad sangat menginginkan semua orang masuk dan memeluk agama Islam, sehingga Nabi Muhammad merasa kecewa jika masih ada umatnya yang tidak memeluk agama Islam. Kekecewaan tersebut mendapatkan hiburan dari Allah dengan turunnya ayat ini. Allah menjelaskan pada Nabi Muhammad, iman dan tidaknya seseorang tergantung pada kehendak dan kekuasaan Allah, sedangkan Nabi Muhammad hanya bertugas sebagai mediator dari Tuhan pada hambanya.
Tercatat dalam kitab tafsir karya Ibnu Kathi>r riwayat yang menjelaskan Asba>b al-Nuzu>l ayat di atas, yaitu:[3]
قال علي بن أبي طلحة، عن ابن عباس، في قوله تعالى: { إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا سَوَاءٌ عَلَيْهِمْ أَأَنْذَرْتَهُمْ أَمْ لَمْ تُنْذِرْهُمْ لا يُؤْمِنُونَ } قال: كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يحرصُ أن يؤمن جميع النَّاس ويُتَابعوه على الهدى، فأخبره الله تعالى أنه لا يؤمن إلا من سبق له من الله السعادةُ في الذكر الأوّل، ولا يضل إلا من سبق له من الله الشقاوة في الذكر الأوّل.
“Ali bin Abi T{alh}ah berkata, dari Ibnu Abbas dalam firman Allah إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا سَوَاءٌ عَلَيْهِمْ أَأَنْذَرْتَهُمْ أَمْ لَمْ تُنْذِرْهُمْ لا يُؤْمِنُونَ. Ibnu Abbas berkata: ‘Sesungguhnya Nabi Muhammad sangat menginginkan semua manusia beriman dan mengikutinya menuju jalan yang benar. Kemudian Allah memberitahukan pada Nabi Muhammad, sesungguhnya tidak akan beriman seorang pun kecuali yang telah mendapatkan kebahagian dari Allah pada awal mulanya. Tidak akan tersesat seorang pun kecuali yang telah Allah catat sebagai orang yang sengsara pada awal mulanya.”
Ayat-ayat lain yang Asba>b al-Nuzu>l-nya sama dengan surah al-Baqarah ayat 6 ini ialah:
1)      Surah al-An’a>m 35
وَلَوْ شاءَ اللَّهُ لَجَمَعَهُمْ عَلَى الْهُدى فَلا تَكُونَنَّ مِنَ الْجاهِلِينَ
      “Dan sekiranya Allah Menghendaki, tentu Dia Jadikan mereka semua mengikuti petunjuk, sebab itu janganlah sekali-kali engkau termasuk orang-orang yang bodoh.”[4]
2)      Surah Yunus ayat 2
وَبَشِّرِ الَّذِينَ آمَنُوا أَنَّ لَهُمْ قَدَمَ صِدْقٍ عِنْدَ رَبِّهِمْ
 “Dan gembirakanlah orang-orang beriman bahwa mereka mempunyai kedudukan yang tinggi di sisi Tuhan.”[5]
3)      Surah Yunus ayat 99
وَلَوْ شاءَ رَبُّكَ لَآمَنَ مَنْ فِي الْأَرْضِ كُلُّهُمْ جَمِيعاً أَفَأَنْتَ تُكْرِهُ النَّاسَ حَتَّى يَكُونُوا مُؤْمِنِينَ
 “Dan jika Tuhan-mu Menghendaki, tentulah beriman semua orang di bumi seluruhnya. Tetapi apakah kamu (hendak) memaksa manusia agar mereka menjadi orang-orang beriman?.”[6]
Selain riwayat di atas, terdapat pula riwayat lain yang dikeluarkan al-T{abari dari Ibnu Abbas dan al-Kalabi, yaitu:[7]
وسبب النزول في أصح الروايات : ما أخرجه الطبري عن ابن عباس والكلبي أن هاتين الآيتين نزلتا في رؤساء اليهود ، منهم حيي بن أخطب وكعب بن الأشرف ونظراؤهما
“Dalam riwayat-riwayat yang paling kuat, sabab al-Nuzu>l (ayat di atas) sebagaimana yang dikeluarkan dari al-T{abari> dari Ibnu Abbas dan al-Kalabi, bahwa kedua ayat ini (6-7) diturunkan pada pemimpin-pemimpin orang Yahudi, di antaranya Yah}ya bin Akht}ab dan Ka’b bin al-Ashraf.”
Asba>b al-Nuzu>l ayat di atas menurut al-Wah}idi ialah:[8]
وقوله  (ان الذين  كفروا) قال الضحاك : نزلت فى ابى جهل  وخمسة من أهل بيته. وقال  الكلبى: يعنى  اليهود
“Adapun firman Allah  ان الذين  كفروا, al-D{ah}h}a>k berkata: ‘Ayat ini diturunkan pada Abu Jahal dan lima orang dari sanak familinya’.”
Jika diteliti lagi, antara dua riwayat di atas tidak terdapat pertentangan, bahkan riwayat kedua merupakan penjelas dari riwayat pertama. Bila disimpulkan, maka Nabi Muhammad sangat menginginkan orang-orang Yahudi masuk agama Islam terutama pemimpin-pemimpin mereka seperti Yah}ya bin Akht}ab dan Ka’b bin al-Ashraf.
b-      Makna kosakata
كَفَرُوا
الكفر: لغة التغطية والجحود، وشرعاً: التكذيب بالله وبما جاءت به رسله عنه كلاً أو بعضاً
Dalam segi bahasa berarti tertutupi atau pengingkaran. Menurut pandangan Shara’ berdusta pada Allah dan Rasul-Nya baik keseluruhan maupun sebagian saja.
سَوَاءٌ
بمعنى مُسْتَوٍ انذارهم وعدمه، إذ لا فائدة منه لحكم الله بعدم هدايتهم
Baik ditakut-takuti maupun tidak, karena tidak ada faidahnya, sebab keputusan Allah telah menetapkan mereka tidak mendapatkan hidayah.
أَأَنْذَرْتَهُمْ
التخويف بعاقبة الكفر والظلم والفساد
Menakut-nakuti sebab kekufuran, kedzaliman, dan kerusakan yang telah mereka perbuat.
Arti kosakata ini dikutip dari kitab Aisar al-Tafa>si>r li Kala>m al-‘Aliyy al-Kabi>r 1/22.
c-      Kandungan ayat
Jika pada ayat sebelumnya Allah menjelaskan tentang sifat-sifat orang mukmin yang beriman dengan hal ghaib, mendirikan salat, mengeluarkan zakat, iman pada kitab-kitab yang diturnkan padanya dan nabi-nabi sebelumnya, serta percaya pada hari akhir, pada ayat 6-7 Allah menjelaskan ciri-ciri orang kafir, sifat-sifat yang mereka miliki, dan hinaan atas segala perbuatan dan tingkahnya.
Sesungguhnya tidak ada gunanya menakut-nakuti mereka orang-orang kafir, kufur pada ayat-ayat Allah, tidak percaya pada al-Qur’an, dan tidak percaya pada Nabi Muhammad, karena hal itu tidak akan membekas dalam hati mereka. Hati mereka telah tertup dan tidak akan bisa sampai cahaya Ilahi, hati mereka tidak akan tersinari oleh cahaya keimanan, sebab mereka telah buta dari kebenaran ayat-ayat Allah, mereka tidak mau berfikir lebih dalam, serta tidak medengar dan melihat kebenaran. Mereka melihat kebenaran akan tetapi tidak mengikuti dan mereka melihat namun tidak mentaati. Surah al-Baqarah ayat 6-7 merupakan penghibur bagi Nabi Muhammad agar ia tidak merasa kecewa terhadap dusta yang mereka lontarkan pada Nabi Muhammad dan agar Nabi tidak terlalu berharap keimanan mereka serta tidak mencela mereka.[9]
Al-T{abari> menjelaskan bahwa ayat ini menceritakan tentang orang-orang mukmin dari ahli kitab dan orang-orang kafir dari ahli kitab. Di antara mereka ada yang beriman dan ada pula yang tidak mau beriman.[10] Al-T{abari> menyimpulkan ayat ini untuk ahli kitab setelah meninjau dari Asba>b al-Nuzu>l yang ia anggap lebih unggul dari riwayat lainnya.
Dalam kitab Aisar al-Tafa>si>r li Kala>m al-‘Aliyy al-Kabi>r tertadap dua hikmah dari ayat di atas yaitu:[11]
1)      Menjelaskan sunatullah pada orang-orang yang durhaka, sombong, dan keterlaluan yang tidak akan mendapatkan hidayah dari Allah, sebab Allah akan membutakan pancaindra mereka sehingga pancaindra tersebut seakan-akan tidak bermanfaat dan berakhir tanpa iman serta tanpa hidayah.
2)      Mengingatkan pada orang-orang kafir, dzalim, dan perusak bahwa kelak mereka akan mendapatkan siksaan pendih dari Allah.


2-   Asba>b al-Nuzu>l surah al-Baqarah ayat 62
إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَالَّذِينَ هادُوا وَالنَّصارى وَالصَّابِئِينَ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَعَمِلَ صالِحاً فَلَهُمْ أَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَلا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلا هُمْ يَحْزَنُونَ
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang S{a>bii>n, siapa saja (di antara mereka) yang beriman kepada Allah dan hari akhir, dan melakukan kebajian, mereka mendapatkan pahala dari Tuhan-Nya, tidak ada rasa takut pada mereka, dan mereka tidak bersedih hati.”[12]
a-      Asba>b al-Nuzu>l
Dalam kitab tafsir karya Abu H{a>tim menjelaskan saba>b al-Nuzu>l ayat di atas sebagaimana berikut:[13]
حدثنا أبو زرعة ثنا عمرو بن حماد ثنا اسباط عن السدى: { إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَالَّذِينَ هَادُوا وَالنَّصَارَى وَالصَّابِئِينَ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَعَمِلَ صَالِحًا } الآية: نزلت في أصحاب سلمان الفارسي، بينا هو يحدث النبي صلى الله عليه وسلم إذْ ذكر أصحابه، فأخبره خبرهم، فقال: كانوا يصومون ويصلون ويؤمنون بك، ويشهدون  أنك ستبعث نبيًا، فلما فرغ سلمان من ثنائه عليهم، قال له نبي الله صلى الله عليه وسلم: "يا سلمان، هم من أهل النار". فاشتد ذلك على سلمان، فأنزل الله هذه الآية.
“Dari al-Saddi>, ayat إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَالَّذِينَ هَادُوا وَالنَّصَارَى وَالصَّابِئِينَ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَعَمِلَ صَالِحًا di turunkan pada sahabat-sahabat Salma>n al-Far>isi>, pada saat ia bercerita pada Nabi Muhammad, ia menyebutkan (tingkah-laku) para sahabatnya dan memberitakan berita-berita mereka. Salma>n berkata ‘Mereka (juga) berpuasa, mengerjakan salat, beriman padamu, dan mereka juga percaya bahwa kamu akan diutus sebagai nabi.’ Setelah Salma>n memuji para sahabatnya, Nabi Muhammad pun menjelaskan, ‘Wahai Salma>n mereka termasuk penduduk neraka.’ Salma>n merasa resah akan jawaban Nabi Muhammad. (Seling beberapa waktu) Allah menurunkan ayat ini.”
Asba>b al-Nuzu>l di atas tidak jauh beda dengan Asba>b al-Nuzu>l yang tercatat dalam kitab karya al-T{abari>, hanya saja terdapat perbedaan dalam habasa. Tabir Asba>b al-Nuzu>l dalam kitab al-T{abari> sebagaimana berikut:[14]
حدثنا القاسم قال، حدثنا الحسين قال، حدثني حجاج، عن ابن جريج، عن مجاهد قوله:(إن الذين آمنوا والذين هادوا) الآية. قال سأل سلمان الفارسي النبي صلى الله عليه وسلم عن أولئك النصارى وما رأى من أعمالهم، قال: لم يموتوا على الإسلام. قال سلمان: فأظلمت علي الأرض، وذكرت اجتهادهم،  فنزلت هذه الآية:"إن الذين آمنوا والذين هادوا".  فدعا سلمان فقال: نزلت هذه الآية في أصحابك". ثم قال النبي صلى الله عليه وسلم"من مات على دين عيسى ومات على الإسلام قبل أن يسمع بي، فهو على خير؛ ومن سمع بي اليوم ولم يؤمن بي فقد هلك".
“Dari Muja>hid, adapun (sebab turunnya ayat) إن الذين آمنوا والذين هادو ialah: Salma>n al-Fa>risi> bertanya kepada Nabi Muhammad tentang orang-orang Nasrani serta pendapat Nabi tentang pekerjaan yang telah mereka kerjakan. Salma>n berkata, ‘mereka mati tidak beragama Islam.’ Salma>n berkata, ‘Mereka telah tertelan bumi (mati) dan Salma>n menjelaskan tentang jerih paya mereka. Kemudian diturnkanlah ayat ini  إن الذين آمنوا والذين هادوا. Nabi memanggil Salma>n. Nabi berkata, ‘ayat ini diturunkan untuk sahabat-sahabatmu.’ Nabi melanjutkan perkataannya, ‘orang yang memeluk agama Isa dan mati dalam keadaan Islam, sebelum mendengarkan kabar dariku, maka ia tergolong orang yang baik. Orang yang telah mendengarkan kabar dariku, namun ia tidak beriman, maka ia tergolong orang yang celaka’.”
Selain dua riwayat di atas, ada pula riwayat lain yang sangat berbeda. Riwayat itu dikeluarkan al-Baihaqi> yang datangnya dari Ibnu Abbas. Riwayat inilah yang memunculkan isu-isu adanya kesamaan agama padahal Ibnu Abbas menyatakan ayat ini telah dihapus oleh surah Ali ‘Imra>n ayat 85. Bunyi riwayat tersebut sebagaimana berikut:[15]
وروي عن ابن عباس أنها نزلت في أوّل الإسلام ، وقدر الله بها أن من آمن بمحمد ( صلى الله عليه وسلم ) ، ومن بقي على يهوديته ونصرانيته وصابئيته ، وهو مؤمن بالله واليوم الآخر ، فله أجره ، ثم نسخ ما قدر من ذلك بقوله : ) وَمَن يَبْتَغِ غَيْرَ الإسْلَامِ دِينًا. فَلَن يُقْبَلَ مِنْهُ ). وردّت الشرائع كلها إلى شريعة محمد صلى الله عليه وسلم
“Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa ayat ini turun pada permulaan Islam dan Allah memutuskan barang siapa yang berimana pada Nabi Muhammad dan orang yang tetap beragama Yahudi, Nasrani, atau S{abi’i>n serta ia beriman pada Allah dan hari akhir, maka ia akan mendapatkan pahala, kemudian keputusan Allah ini dihapus dengan firmannya (Dan barang siapa mencari agama selain Islam, ida tidak akan diterima, dan di akhirat dia termasuk orang yang rugi). Dan mengembalikan semua syariat yang ada pada syariat Nabi Muhammad sebagai satu-satunya agama (yang benar).”
b-      Arti kosakata
إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا
هم المسلمون آمنوا بالله ووحده وآمنوا برسوله واتبعوه.
Mereka adalah orang-orang Islam yang beriman pada Tuhan yang Esa dan beriman pada Rasul-Nya serta menigkuti dindaklampahnya.
وَالَّذِينَ هَادُوا
هم اليهود سموا يهوداً لقولهم: إنا هدنا إليك، أي: تبنا ورجعنا.
Mereka adalah orang-orang Yahudi. Mereka menamakan agamanya dengan Yahudi, sebab perkataan mereka; “إنا هدنا إليك” yakini kami bertauban dan kembali.
وَالنَّصَارَى
الصليبيون سموا نصارى: إما لأنهم يتناصرون أو لنزول مريم بولدها عيسى قرية الناصرة.
Penyembah salaib. Mereka menamai agamanya dengan Nasrani, adakalanya mereka salaing tolong-menolong atau adakalanya karena mereka tinggal di desa yang bernama al-Na>s}irah
وَالصَّابِئِينَ
أمة كانت بالموصل يقولون لا إله إلا الله. ويقرأون الزبور. ليسوا يهودا ولا نصارى. ولذا كانت قريش تقول لمن قال لا إله إلا الله: صابئ، أي مائل عن دين آبائه إلى دين جديد وحّدَ فيه الله تعالى.
Golongan yang bertempat tinggal diteluk yang menyerukan kalimat tiada Tuhan selain Allah dan mereka membaca kitab Zabur. Mereka bukan orang Yahudi atau Nasrani. Oleh karena itu orang-orang Quraisy membuat istilah bagi orang yang berkata ‘tiada Tuhan selain Allah’ S<abi’ yakni berpaling dari agama nenek moyang kepada agama baru yang meng-Esa-kan Allah.
Arti kosakata ini dikutip dari kitab Aisar al-Tafa>si>r li Kala>m al-‘Aliyy al-Kabi>r 1/64.
c-      Kandungan ayat
Ayat di atas memberikan penjelasan bagi semua manusia agar beriman kepada Allah dan mengakui kenabian Nabi Muhammad sebagai nabi akhir zaman, selain itu ayat ini juga mengindikasikan bahwa agama Islam merupakan satu-satunya agama yang bisa menyelamatkan manusia di akhirat kelak. Ayat di atas sama sekali tidak menyalahkan ajaran-ajaran agama yang datang sebalum Nabi Muhammad seperti ajaran yang telah dibawah Nabi Mu>sa> dan Nabi ‘Isa>. Semua ajaran yang telah dibawah oleh nabi-nabi terdahulu merupakan ajaran yang benar, namun setelah Nabi Muhammad diutus menjadi utusan Allah, maka semua umat manusia harus meninggalkan ajaran terdahulu dan menganut ajaran yang dibawah Nabi Muhammad.
Al-Sha’ra>wi> menjelaskan bahwa orang Yahudi dan Nasrani yang berimana pada Tuhan yang Esa dan mempercayai kenabin nabi yang diutus pada saat itu sebelum datangnya ajaran Nabi Muhammad, maka Allah akan memberikan pahala pada mereka dan membenarkan ajaran mereka. Akan tetapi, setelah terutusnya Nabi Muhammad, maka mereka harus mengikutinya. Oleh karena itu Allah melanjutkan firmannya dengan:
مَنْ آمَنَ بالله واليوم الآخر وَعَمِلَ صَالِحاً فَلَهُمْ أَجْرُهُمْ عِندَ رَبِّهِمْ وَلاَ خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلاَ هُمْ يَحْزَنُونَ
“Siapa saja (di antara mereka) yang beriman kepada Allah dan hari akhir, dan melakukan kebajian, mereka mendapatkan pahala dari Tuhan-Nya, tidak ada rasa takut pada mereka, dan mereka tidak bersedih hati.”[16]
Setelah datanganya agama Islam yang dibahwa Nabi Muhammad semua manusia (Yahudi, Nasrani, Majusi, dan orang-orang Mushrik) memulai hidup baru dan membuka lembaran baru. Mereka semua harus beriman pada Allah dan percaya kepada Nabi Muhammad.[17]
Keterangan di atas menunjukkan bahwa argumen para cendekiawan akan kesamaan agama dengan menggunakan dasar surah al-Baqarah ayat 62 tidak bisa dibenarkan, sebab kandungan ayat tersebut bukanlah membenarkan ajaran agama lain setelah datangnya Nabi Muhammad. Kebenaran ajaran agama-agama terdahulu hanya sebatas sebelum terutusnya Nabi Muhammad, sedangkan setelah terutusnya Nabi Muhammad syariat-syariat terdahulu sudah terhapuskan. Jika mereka beranggapan bahwa kesamaan agama bisa diambil dari riwayat dari Ibnu Abbas, maka dalil yang mereka gunakan sangat lemah, sebab Ibnu Abbas menyatakan ayat ini sudah dihapus oleh firman Allah surah Ali ‘Imra>n ayat 85. Lantas apa dalil yang mereka gunakan untuk memperkuat argument semua agama itu sama? Itu merupakan pertanyaan yang harus mereka jawab agar pendapat mereka tidak mentah.
C-     Kesimpulan
Bisa disimpulkan dari ayat pertama bahwa terkadang ada beberapa ayat al-Qur’an yang saba>b al-Nuzu>l sama. Dari ayat pertama, Allah menjelaskan tentang karaktristik orang-orang kafir yang tidak akan beriman, sebab pancaindra mereka sudah tidak berfungsi menerima kebanaran. Selain itu, kita bisa memetik dari ayat tersebut betapa besar harapan Nabi Muhammad dalam menyebarkan agama Islam. Ketika orang-orang kafir menolak kebenaran yang datangnya dari Nabi Muhammad, Nabi Muhammad merasa kecewa sehingga Allah menghiburnya dengan turunnya surah al-Baqarah ayat 6.
Surah al-Baqarah ayat 62 merupakan salah satu dasar pokok yang digunakan oleh orang-orang yang menginginkan kesamaan antar agama. Mereka beranggapan al-Qur’an menerangkan bahwa semua agama sama baik agama Islam, Kristen, Buda, dan lain-lain, sebab tolak ukur manusia dilihat dari ketaatan pada tuhan dan percaya pada hari akhir. Pendapat mereka telah terpatahkan setelah meneliti ulang dari saba>b al-Nuzu>l ayat tersebut.










Referensi
Andalusi> (al), Muhammad bin Yu>suf Abu> H{ayya>n. Tafsi>r al-Bah}r al-Muh}i>t}. Bairut: Da>r al-Kutub al-‘Ilmiyah, 2001.
Departemen Agama RI. Al-Qur’a>n dan Terjemahnya. Bandung: CV Diponegoro, 2008.
Jaza>iri> (al), Ja>bir bin Mu>sa> bin ‘Abdulqa>dir bin Ja>bir Abu> Bakr. Aisar al-Tafa>si>r li Kala>m al-‘Aliyy al-Kabi>r. Madinah al-Munawwarah: Maktabah al-‘Ulu>m wa al-Hukm, 2003.
Qurshi> (al), Abu al-Fida>’Ismail bin Umar bin Kathir. Tafsi>r al-Qur’a>n al-‘Ad}i>m. Da>r T{ayyibah li al-Nashr wa al-Tauzi>’, 1999.
Ra>zi> (al), Abu> Muhammad Abdurrah}ma>n bin Abu> H{atim. Tafsi>r Ibn Abi> H}a>tim. Mesir: Maktabah al-‘As}riyah, 1998.
Sha’ra>wi> (al), Muhammad Mutawalli. Tafsi>r al-Sha’ra>wi>. Kairo: Maktabah al-H}alabi>, 2003.
Suyu>t}i> (al), Jalaluddin. al-Itqa>n fi ‘Ulu>m al-Qur’a>n. Kairo: Mat}ba’ah H{ija>zi>, tt.
T{abari> (al), Abu> Ja’far Muhammad bin Jari>r. Tafsi>r al-T{abari> Ja>mi’ al-Baya>n ‘An Ta’wi>l A<y al-Qur’a>n. Kiro: Da>r Hijr li al-T{aba>’ah wa al-Nashr wa al-Tauzi>’ wa al-I’la>n, 1422.




[1] Jalaluddin al-Suyu>t}i>, al-Itqa>n fi> ‘Ulu>m al-Qur’a>n, (Kairo: Mat}ba’ah H{ija>zi>, tt), 29.
[2] Departemen Agama RI, Al-Qur’a>n dan Terjemahnya, (Bandung: CV Diponegoro, 2008), 3.
[3] Abu al-Fida>’Ismail bin Umar bin Kathir al-Qurshi, Tafsi>r al-Qur’a>n al-‘Ad}i>m, (Da>r T{ayyibah li al-Nashr wa al-Tauzi>’, 1999), 1/173.
[4] Departemen Agama RI, Al-Qur’a>n dan Terjemahnya, 131.
[5] Ibid, 208.
[6] Ibid, 220.
[7] Wahbah bin Mus}t}afa> al-Zuh}aili>, al-Tafsi>r al-Muni>r, (Bairut: Da>r al-Fikr al-Mu’a>s{r, 1418), 1/77.
[8] Abu al-H{asan ‘Ali bin Ah}mad al-Wa>h}di> al-Naisa>bu>ri>, Asba>b al-Nuzu>l, (Bairut: Da>r al-Fikr. ttp), 11.
[9] Wahbah al-Zuh}aili>, al-Tafsi>r al-Muni>r, 1/79.
[10] Abu> Ja’far Muhammad bin Jari>r al-T{abari>, Tafsi>r al-T{abari> Ja>mi’ al-Baya>n ‘An Ta’wi>l A<y al-Qur’a>n, (Kiro: Da>r Hijr li al-T{aba>’ah wa al-Nashr wa al-Tauzi>’ wa al-I’la>n, 1422 H),1/254.
[11] Ja>bir bin Mu>sa> bin ‘Abdulqa>dir bin Ja>bir Abu> Bakr al-Jaza>iri>, Aisar al-Tafa>si>r li Kala>m al-‘Aliyy al-Kabi>r, (Madinah al-Munawwarah: Maktabah al-‘Ulu>m wa al-Hukm, 2003),  1/23.
[12] Departemen Agama RI, Al-Qur’a>n dan Terjemahnya, 10.
[13] Abu> Muhammad Abdurrah}ma>n bin Abu> H{atim al-Ra>zi>, Tafsi>r Ibn Abi> H}a>tim, (Mesir: Maktabah al-‘As}riyah, 1998), 1/127.
[14] Muhammad bin Jari>r al-T{abari>, Tafsi>r al-T{abari>, 2/155.
[15] Muhammad bin Yu>suf Abu> H{ayya>n al-Andalusi>, Tafsi>r al-Bah}r al-Muh}i>t}, (Bairut: Da>r al-Kutub al-‘Ilmiyah, 2001), 1/403-404.
[16] Departemen Agama RI, Al-Qur’a>n dan Terjemahnya, 10.
[17] Muhammad Mutawalli al-Sha’ra>wi>, Tafsi>r al-Sha’ra>wi>, (Kairo: Maktabah al-H}alabi>, 2003), 1/371.

Comments